Janganlah Kita Meninggalkan Keturunan Yang Lemah

Janganlah Kita Meninggalkan Keturunan Yang Lemah 
Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi sobat semua ,semoga pada kesempatan kali ini sobat semua di beri kelancaran ,di beri kesehatan sehingga bisa beraktivitas untuk hal hal yang bermanfaat terlebih untuk beribadah kepada Alloh SWT . pada kesempatan kali ini saya akan berbagi tulisan tentang satu ayat Alloh yang cukup membuat hati semakin bersemangat untuk menjadi orang yang sukses mulia .Tidak hanya sukses namun juga mulia dalam artian bisa menjadi orang sukses serta bermanfaat untuk orang lain dengan kesuksesan yang kita miliki . Bukan kah seperti itu sobat . ? 
Memiliki keturunan tentulah dambaan setiap orang yang sudah berkeluarga , idealnya orang tua ingin anaknya menjadi orang yang sukses tidak hanya di dunia namun juga di akhirat . Namun terkadang untuk bisa mencapai semua itu di butuhkan pengorbanan yang tidak sedikit . di sinilah sebenarnya peran kedua orang tua sangat di butuhkan .baik secara materi ataupun dukungan secaea psikis . Jauh jauh hari Alloh SWT telah mengingatkan dalam sebuah ayatnya yang artinya 
(QS.[4]. An Nisaa‘: 9)  :  Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
 Dapat kita pahami maksud dari ayat di atas , bahwa Alloh menganjurkan kepada kita hendaknya tidak meninggalkan keturunan kita dalam keadaan lemah . baik lemah dalam akal ( harus cerdas ) baik ilmu agama dan ilmu umum  agar seimbang , lemah materi ( harus kaya serta mulia , kaya saja tidak cukup ,mulia namun tidak kaya juga kurang bagus , kalau bisa menjadi pribadi yang kaya serta mulia , dalam suatu hadits Rasulullah bersabda bahwa Alloh mencintai seorang mukmin yang kuat . Mukmin namun tidak kuat baik dalam ilmu ,harta ataupun jiwa kurang bagus , kuat saja namun tidak mukmin juga malah berbahaya bisa bisa membawa kerusakan di muka bumi ini . Bisa kita contohkan bila ada pengusaha yang kaya raya namun mohon maaf ia tidak mukmin ,bisa jadi unit bisnis yang di dirikannya akan berupa hal hal yang mengandung maksiat semisal tempat karoeke yang menyediakan jasa prostitusi dll. 
Kalau saja kita mau menengok kanan kiri kita kaitannya dengan ayat di atas ada di sekitar kita orang yang ucul / copot / hilang keimananya di karenakan di iming2 i uang dan hadiah lainnya asalkan ia mau murtad dari agama nya .Sungguh miris bukan ? . Banyak faktor tentunya yang melatarbelakangi seseorang mau berpindah dari agamanya . Di sanalah sebenarnya peran sosial antar anggota masyarkat sebenarnya di butuhkan , andai saja yang kaya mau membantu dengan memberdayakan yang lemah , sesuai bidang yang di kuasainya masing masing ,yang lebih mampu di bidang ekonomi mugkin bisa jihad dengan memberdayakan ekonomi masyarakat ,yang mungkin mumpuni dalam bidang agama bisa saja jihad dengan memberikan pemahaman agama kepada masyarkat ,Alloh sendiri memerintahkan kepada kita bahwa kita harus seimbang antara dunia dan akhirat . Tidak berat sebelah . Maka dari itu langkah yang menurut saya pribadi tepat adalah hendaknya kita memulai dari diri sendiri serta dengan niat di hati suatu saat bisa berbagi apapun hal yang bermanfaat untuk orang lain .
Dalam hadits Rasulullah SAW juga bersabda yang masih ada kaitannya dengan pembahasan kita kali ini . 
عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ عَادَنِى النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى حَجَّةِ الْوَدَاعِ مِنْ وَجَعٍ ، أَشْفَيْتُ مِنْهُ عَلَى الْمَوْتِ ، فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بَلَغَ بِى مِنَ الْوَجَعِ مَا تَرَى ، وَأَنَا ذُو مَالٍ وَلاَ يَرِثُنِى إِلاَّ ابْنَةٌ لِى وَاحِدَةٌ أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَىْ مَالِى قَالَ « لاَ » . قُلْتُ أَفَأَتَصَدَّقُ بِشَطْرِهِ قَالَ « لاَ » . قُلْتُ فَالثُّلُثِ قَالَ « وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ ، إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ ، وَلَسْتَ تُنْفِقُ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ بِهَا ، حَتَّى اللُّقْمَةَ تَجْعَلُهَا فِى فِى امْرَأَتِكَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ آأُخَلَّفُ بَعْدَ أَصْحَابِى قَالَ « إِنَّكَ لَنْ تُخَلَّفَ فَتَعْمَلَ عَمَلاً تَبْتَغِى بِهِ وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ ازْدَدْتَ بِهِ دَرَجَةً وَرِفْعَةً ، وَلَعَلَّكَ تُخَلَّفُ حَتَّى يَنْتَفِعَ بِكَ أَقْوَامٌ وَيُضَرَّ بِكَ آخَرُونَ ، اللَّهُمَّ أَمْضِ لأَصْحَابِى هِجْرَتَهُمْ ، وَلاَ تَرُدَّهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِمْ . لَكِنِ الْبَائِسُ سَعْدُ ابْنُ خَوْلَةَ رَثَى لَهُ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَنْ تُوُفِّىَ بِمَكَّةَ
Dari ‘Amir bin Sa’ad, dari ayahnya, Sa’ad, ia adalah salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga- berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku ketika haji Wada’, karena sakit keras. Aku pun berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya sakitku sangat keras sebagaimana yang engkau lihat. Sedangkan aku mempunyai harta yang cukup banyak dan yang mewarisi hanyalah seorang anak perempuan. Bolehkah saya sedekahkan 2/3 dari harta itu?” Beliau menjawab, “Tidak.” Saya bertanya lagi, “Bagaimana kalau separuhnya?” Beliau menjawab, “Tidak.” Saya bertanya lagi, “Bagaimana kalau sepertiganya?” Beliau menjawab, “Sepertiga itu banyak (atau cukup besar). Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu kaya, itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin sehingga mereka terpaksa meminta-minta kepada sesama manusia. Sesungguhnya apa yang kamu nafkahkan dengan maksud untuk mencari ridha Allah pasti kamu diberi pahala, termasuk apa yang dimakan oleh istrimu.”
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah aku akan segera berpisah dengan kawan-kawanku?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya engkau belum akan berpisah. Kamu masih akan menambah amal yang kamu niatkan untuk mencari ridha Allah, sehingga akan bertambah derajat dan keluhuranmu. Dan barangkali kamu akan segera meninggal setelah sebagian orang dapat mengambil manfaat darimu, sedangkan yang lain merasa dirugikan olehmu. Ya Allah, mudah-mudahan sahabat-sahabatku dapat melanjutkan hijrah mereka dan janganlah engkau mengembalikan mereka ke tempat mereka semula. Namun, yang kasihan (merugi) adalah Sa’ad bin Khaulah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyayangkan ia meninggal di Makkah.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 4409 dan Muslim no. 1628).
 Semoga kita semua di kuatkan oleh Alloh SWT dalam ilmu,harta dan jiwa sehingga bisa memberikan kebahagiaan kepada keluarga kita dan bermanfaat untuk orang lain .Amin amin 
Sekian semoga bermanfaat .

Comments